Join saluran wa AhZanMC Klik Disini!

Langit di Atas Tenda Kami

Langit di Atas Tenda Kami

Rasa lega itu terasa seperti udara yang segar setelah badai. Nahh jadi suatu hari setelah event mengerikan bernama rapotan di sekolah, aku sama Fauzi membuka rapot dan akhirnya lega karena mendapatkan good ending yaitu nilai yang bagus dan gak dimarahin orang tua. Kemudian kami menyimpan rapot di tempat yang aman seperti laci khusus sekolah dan dokumen penting, nggak bakal disentuh sampai tahun ajaran baru yang akan datang

Setelah itu Fauzi mengajakku ke sebuah basecamp, basecamp yang dimaksud itu pos ronda dibantaran sungai yang dipasangin wifi khusus wilayah RT dan kebetulan wifinya dipasang di langit-langit pas ronda, saat udah sampai aku sama Fauzi melepas sandal, dan naik ke pos ronda kemudian aku melihat pemandangan sungai dan langit biru yang indah dan awan-awan yang dikit, sementara Fauzi tiduran di lantai pos ronda yang beralaskan kayu. Aku suma Fauzi lagi bengong entah apa yang dipikirkan selama 1 jam an, dan tiba-tiba aku mulai buka obrolan kayak gini "Fauzi, liburan sekolah ini enaknya kemana yak?" kataku

"Hmmmmmm, entahlah liat nanti Ahzan. Pengen liburan atau jalan-jalan gitu biar gak bosen dirumah" kata Fauzi

“Sama sih, aku pengen banget bisa keliling-keliling atau jalan-jalan gitu biar gak bosen dirumah kek temen-temen, aku lihat status wa temen-temen tuh entah main kemana bahkan enak bisa bareng temen gitu” kata Fauzi

Terus aku ngomong ke Fauzi “lahh sama dong....”

Kemudian Fauzi ngomong gini “gimana kalo misal nanti sore terus cuaca gak mendung dan semoga aja ada yang main layangan, nahh kita main layangan bareng. pengen adu layangan sama mereka wkwkwkwk. Gak tau stok layanganku ada apa gak”

Terus aku jawab tuh “Ahhh aku pengen dong, ikut yokk”

Fauzi jawab “GASSSSSSS!!!”

Ketika udah sore hari, ternyata tebakan Fauzi bener cuacanya cerah dan banyak anak-anak yang bermain layangan mulai dari layangan biasa sampai layangan sowangan ada, kami gak mau ketinggalan dan udah siap dengan stok layangan yang ada dan gulungan benang di tangan.

Tempat kami bermain ada di bantaran sungai, anginnya sejuk dan cukup kencang cocok buat nerbangin layangan. Di samping sungai ada jalan setapak yang jadi tempat lalu lalang orang-orang yang melewati jalan itu dan sekaligus tempat oranh-orang nonton kami bermain. Ada yang melintas sambil tersenyum dan ada juga yang berhenti sebentar dan bilang, “Wahhhh benangnya kuat juga ya”

Aku dan Fauzi langsung saling pandang, lalu menyiapkan layangan kami lebih serius. Suasana sore begitu ramai, suara “srreeek” ketika benang bergesekan terdengar jelas bikin jantung berdebar karena setiap saat bisa aja ada layangan putus.

Nggak terasa waktu berjalan cepat. Langit mulai berubah dan perlahan meredup hingga adzan magrib terdengar dari masjid di kota. Kemudian temenku Fauzi ngomong “Ehh dah magrib Zan” sambil buru-buru menggulung benang untuk menurunkan layangan

“Iya aku balik dulu. Besok main lagi” jawab aku

Keesokan paginya malah zonk, hari libur terasa membosankan, nggak ada yang bisa dilakuin seperti rebahan, main HP, buka Steam, mabar Valorant mode competitive bareng temen walaupun gak pernah tembus rank radiant dan sering jadi support buat timnya lewat agent Sage (Valorant adalah game FPS multiplayer berbasis tim, dan rank radiant adalah rank tertinggi), begitulah sangat membosankan. Untungnya waktu itu habis sholat magrib ada acara pengajian 40 hari di rumah tetangga, disitu aku bertemu lagi sama temenku yaitu Fauzi

Ketika selesai acara, Fauzi tiba-tiba bilang gini

“Ahzan, besok kalo bosen mending kita jalan-jalan”

“Yoiii gass” aku jawab dengan penuh semangat

Terus dia lanjutin kalimat seperti ini “ke B29 mau gak?, tapi disitu dingin lohhh. Kamu gpp kan?, maksudnya kuat dingin?”

“Insya Allah gpp, coba aja dulu hehehe. Kemarin waktu liburan aku pernah ke Bromo :v” jawab aku

“Yaudahh, coba kamu izin ke ibu kamu dulu” kata Fauzi

“Wokehhh” responku

Aku pulang dari acara pengajian 40 hari dengan membawa nasi kotak, dan pas masuk ke rumah. Aku ngomong ke ibuku “buk, aku boleh ke B29 bareng Fauzi gak?”, terus ibu menjawab “bolehhh, asal nurut dan jaga diri disana ya!!. Jaga kesehatan juga soalnya disana dingin”. Dan bagaikan semua kembang api di dunia meledak di dalam dadaku, nol koma dua puluh lima detik kemudian aku sudah melompat kegirangan, siap memeluk ibuku, tapi gak jadi dan aku urungkan biar gak terlihat terlalu kekanak-kekanakan dan akhirnya jadi malu sendiri. Karena dibolehin jadi aku segera pergi ke rumah Fauzi dan ngasih tau dia kalo aku dibolehin pergi ke B29 kemudian diskusi bersama untuk merencakan dan mempersiapkan apa yang harus dibawa dan kapan tanggal berangkat kesana dan ngapain aja, terus kakaknya Fauzi bernama Mas Abdul menghampiri kami dan bilang kalo dia mau ikutan juga karena sekalian jagain kami takutnya kami kenapa-kenapa seperti nyasar dan jatuh ke jurang kemudian balik ke lobby atau hanya tinggal nama.

“Gpp kok mas kalo mau ikut, tapi jangan cuma makan popmie aja lohhh” kataku

“Aman kok wkwkwk, mas juga bawa gitar buat hiburan sama tenda buat mas. Nanti kamu satu tenda sama Fauzi” kata Mas Abdul sambil ketawa.

“Zan, kamu bareng aku ya... soalnya aku bisa bawa motor trail”

“Wokehhhh, ingfo dimengerti” kataku

“Kataku ya gimana kalo berangkatnya itu lusa dan sore gitu, biar disana kita siap-siap bangun tenda dan bisa liat langit malam gitu” kata Mas Abdul sambil nawarin

“Bolehh bolehhh” jawab kami berdua

2 hari kemudian dan ini adalah hari H dan kami udah siap dengan perlengkapan yang sudah direncakan dan disiapkan, kami bertiga siap untuk berangkat ke B29 di sore hari jam 3 sore habis sholat ashar, aku bareng Fauzi dengan motor trailnya sementara Mas Abdul naik motor sendirian. Kami berangkat lewat kota Lumajang menuju kecamatan Senduro, jalannya mulai naik tapi masih aman kemudian kami berhenti di Indomaret Senduro buat beli logistik tambahan. Setelah itu mulai untuk pembagian role atau peran, aku bagian bawa tenda milik Fauzi sama logistik (popmie, snack, roti, air mineral besar 5 botol), Fauzi bagian yang bawa motor trail, sleepinh bag, dan Mas Abdul itu bawa barang sisanya. Setelah itu lanjut ke B29 lewat desa Kandangtepus menuju desa Argosari, selama perjalanan dengan melewati rumah warga, hutan, pasar, melewati perkemahan Glagah Arum, melewati perkebunan sayur disisi kiri dan jurang disisi kanan jalan. Sesekali berhenti didepan rumah orang untuk memakai jas hujan tapi tidak jadi karena tidak hujan padahal mendung lohhh dan kami baru sadar kalau itu cuma kabut aja.

Perjalanan kira-kira satu jam, cukup lancar walaupun ada kabut akhirnya sampai di desa Argosari, saat mau melewati pertigaan jika lurus maka akan masuk jalan setapak dan masuk ke pemukian dan perkebunan warga, jika ke kanan maka ke desa Argosari sampai perbatasan Probolinggo – Lumajang. Nah kami lewat jalan lurus masuk melewati pemukian dan perkebunan warga, mushola, bahkan pure dan masjid tertinggi seperti masjid Jabal Nur. Kemudian aku dan temenku sampai di rest area B29 kedua dan kalo lurus terus akhirnya sampai di puncak B29, gak sampai situ kami harus naik keatas untuk bisa melihat pemandangan dan berencana membangun tenda  disana, lokasinya berada di utara dikit.

   Setelah sampai di B29, ketiganya sudah siap dengan outfit anak gunung favorit kami. Udara yang datang langsung terasa di tubuh kami bagaikan tidur didalam kulkas. Aku memakai jaket gunung tebal berwarna kuning cerah, disertai kupluk beanie yang serasi. Sementara itu, Fauzi terlihat berbeda di sisiku dengan jaket dan kupluk beanie berwarna hijau tua. Kupluk tersebut bukan hanya pelengkap gaya, melainkan pelindung yang penting bagi kepala kami berdua yang gundul dan telinga kami. Celana kami berwarna hitam, yang membuat suasana dua sahabat dengan warna berbeda ini semakin mencolok di antara rerumputan di puncak B29 ini.

Sementara kakaknya Fauzi yaitu Mas Abdul, pemilik kompor portable yang kami miliki, tampak sebagai yang paling berpengalaman di antara kami. Ia memakai jaket gunung tebal berwarna abu-abu tua yang udah berumur, mencerminkan pengalamannya yang tidak diragukan lagi. Selain kami, dia mengenakan topi rimba dan celana kargo berwarna krem. Pakaian yang dia kenakan langsung terpancar aura yang benar-benar sesuai dengan perannya dalam perjalanan ini. Setelah berada di puncak kami kaget, dari kejauhan ada beberapa tenda berdiri rapi. Awalnya kami kira itu rombongan pengunjung lain, tapi begitu mendekat ke salah satu tenda ehhh ada temen-temen kami

“Lohhh kamu disini juga” teriakku sambil kaget

   Fauzi ketawa dan ngomong “kirain aku bertiga aja yang kesini, ternyata ada kalian juga”

Ternyata temen-temen di tenda ada Fauzan, Naufal, Agung, Candra. Dan kami bertiga memutuskan buat membangun tenda didekat temenku biar lebih rame. Kami mulai memasang rangka. Ini bagian paling ngeselin dan butuh kesabaran tingkat tinggi, dengan tiang yang panjang dan licin, kami berdua seperti badut yang sedang mencoba menangkap lalat. Setelah tiga kali tiang itu jatuh dan mengenai kepala Fauzi, akhirnya rangka berhasil berdiri. Kami berteriak kecil, "Wuihhhhh jadi gesss tendanya" terus langkah selanjutnya adalah menarik pasak dan mengikat tali. Aku fokus pada pasak di tanah, sementara Fauzi sibuk menahan tenda dari angin yang tiba-tiba datang. Kurang lebih 30 menit effort maksimal ditambah dengan bantuan dari Mas Abdul yang sudah selesai bangun tenda duluan, akhirnya tenda kami berdiri koko. Fauzi masuk duluan, langsung merebahkan diri di matras. "Mantap. Enak banget pas dingin-dingin begini yakan hehehehe," kata Fauzi sambil tersenyum puas. Aku mengikutinya masuk, merasakan suasana nyaman di dalam tenda yang akhirnya selesai. Kami siap menikmati basecamp baru kami di B29.

Kemudian kami bertiga berencana buat api unggun tapi belum sempet cari info buat beli kayu bakar, ehhh ternyata Fauzan dan temennya udah bawa kayu bakar dari desa disana ke tempat ini

“Nggak usah bingung beli kayu kabar, kita dah bawain kayu bakar buat sama-sama” kata Fauzan

“Emang kalian cari dimana?” kataku

“gini Ahzan, aku sama Naufal, Fauzan, terus Candra beli kayu bakar di penduduk lokal sana, terus bapaknya nganter kayu bakar kesini kira-kira sebelum kalian datang.” Kata Agung

“Owalahhhh, eh Ahzan tau gitu kita beli kayu bakar lohhhh” kata Fauzi

“ Ehhh iya lohhhh, maklum baru pertama kesini” kataku

Terus  mulai membuat api unggun, pertama kayunya ditata dulu kemudian dikasih kertas buat dibakar dan ditaruh ke kayu bakar biar nyala tapi gagal. Angin B29 yang dingin dan langsung berhembus kencang, mematikan apinya seketika.

Fauzi ngomong gini. "Gini aja nggak nyala. Ini pasti karena kayunya nggak bagus."

"Kayunya sih bagus, kamunya yang skill issue” kata aku sambil tertawa. "Sini, giliran aku yang coba. Kita harus pakai teknik ini."

Saatnya kerja tim. Aku, Fauzi, dan Naufal langsung berjongkok rapat, saling membelakangi dan merapatkan punggung. Tubuh kami yang berjumlah tiga orang menjadi perisai pelindung dari hembusan angin, sementara Mas Abdul, Agung, Candra, dan Fauzan berdiri mengelilingi kami, siap menahan angin dari segala arah.

Aku mengambil beberapa helai tisu, meremasnya, dan menyalakan korek. Kali ini, Fauzi, Naufal, dan aku bergantian meniup dengan sangat hati-hati supaya apinya tidak cepat tumbang.

"Ayo, dikit lagi dah mau nyala tuh!" bisik Naufal

Perlahan, api itu menangkap tisu, lalu merambat ke kertas, dan akhirnya menyentuh ranting-ranting tipis. Kami bertujuh menahan napas sampai api itu benar-benar stabil, dan berhasil akhirnya apinya berhasil nyala

“MANTAPPPP API UNGGUNNYA DAH NYALA” bisik kami berdua serentak, diikuti sorakan pelan dari yang lain. Kami segera menambahkan beberapa kayu ke dalam api. Tak lama, cahaya oranye kemerahan dan kekuningan yang hangat itu mulai menerangi wajah kami dan tenda-tenda di sekitar kami. Kami duduk berhadapan, menikmati vibes api unggun yang akhirnya menyala dengan indah. Dan sambil nunggu langit yang mulai gelap, kami pun mengobrol sambil mengelilingi api unggun diawali dengan Mas Abdul yang membuka obrolan “kalian ini satu sekolah sama adekku?”

“Iya mas, kita satu sekolah tapi beda kelas. Aku, Naufal, Candra, sama Agung itu sekelas, kalo Ahzan sama Fauzi itu beda kelas” Fauzan menjawab

“Owalahhh pantesan kok dia tau :v” kata mas Abdul

“kalo mas?” kata Agung

“udah kuliah hehehe...” kata Mas Abdul

Akhirnya kami saling kenalan satu sama lain dan saling akrab walaupun temen satu sekolah dan belum kenal sama Mas Abdul, aku bertanya “kalian berangkat kesini kapan”

“kami berempat berangkatnya siang” jawab Fauzan

“Wuihhh berangkat lebih awal dong!!!” kataku

Lalu dijawab oleh Fauzi, "Buset! Berangkat lebih awal?"

"Iya dong, kita datang lebih awal biar bisa siap-siap," timpal Fauzan.

Abdul yang mendengar hal itu langsung bertanya, "Keren, anak teladan nih. Memangnya kamu bawa apa?"

Mereka menjawab kalau mereka membawa banyak barang seperti tenda, matras, dan lain-lain yang dibawa oleh mereka berempat.

"Oh, iya, gini, kita berangkat ke B29 itu naik mobil jeep punya temen bapakku. Terus, ya gitu, banyak barang-barang di dalam mobil itu, terus parkir di rest area 1," kata Naufal.

Terus aku nanya lagi, "Jadi mobil jeep-nya parkir di situ? Terus kalian naik ojek buat kesana? Eh, benar enggak sih?"

"Benar kok, Zan. Kita bayar Rp75.000,00 gitu. Gpp deh daripada jalan kaki yakan" kata Agung

“owalahhh gitu” kataku

 

Langit sudah mulai gelap, matahari mulai terbenam dan muncullah penampakan rembulan dan bintang yang kerlab kerlib dari jauh udara di B29 sudah mulai dingin seperti tidur di kulkas yang berarti malam sudah datang. Kami disini mulai memasak untuk makan bersama, ada yang ngopi, ada yang mulai menyiapkan bahan makanan dan sementara aku sama Fauzi nyiapin popmie dan kompor portable punya Mas Abdul

“kok cuma bawa popmie, padahal lumayan kalo beli sayuran plus daging” kata Candra

“Darimana duitnya” jawabku sama Fauzi (emote batu)

“gak mungkin kan ngecheat unlimited money gitu wkwkwkwk” kata Fauzi sambil tertawa

Dan akhirnya kami berdua diajak buat gabung ke temen-temennya si Fauzan buat masak bareng, kata temennya Fauzan yaitu Naufal bilang gini “gpp kok, mending kita kasih aja. Kita juga kelebihan nasi dan lauk”

Aku jawab “makasih lohhhh..... aku juga bawa mie sedap” sambil ngeluarin mie sedap dari tasnya

“Hah... ngapain kamu bawa mie” kata Fauzi sambil kaget

“barangkali kurang” jawab aku

“Lohhhh padahal udah cukup” kata Fauzi

Meskipun dalam perencanaan yang kurang sempurna, berkat kerja sama tim kami saat masak jadi solid berkat bantuan Naufal dan yang lain. Setelah semua selesai, kami duduk melingkar di depan api unggun. Aku, Fauzi, dan Mas Abdul sepakat menghabiskan jatah Popmie biar gak mubazir hehe, baru kemudian kami menyerbu lauk dan nasi lengkap dengan saos dan sambal dari temen-temennya Fauzan. Malam itu, tawa dan obrolan kami hangat dan nyaman, mengalahkan dinginnya B29 yang dinginnya seperti tidur di kulkas.

Setelah perut kenyang berkat solidaritas basecamp Naufal, kami kembali duduk melingkar di depan api unggun. Kehangatan api itu terasa nyaman sekali, menghilangkan sisa-sisa dingin yang menempel di outfit anak gunung kami.

“Ehhh mau nanya, kenapa gula itu manis” kata Fauzi dengan sengaja memecahkan keheningan

“Lohh kalo asin itu namanya garam” kata Agung

Kemudian aku langsung ada ide pertanyaan, dan mencoba buat ngasih pertanyaan

“Kalo Ibu beli 3 telur, terus ibu mau bikin kue apa yang harus dilakukan ibu supaya telur itu tidak habis?” aku yang sedang bertanya

Mereka mikir sejenak

“Woiyaaa, gak usah bikin kue. Ngapain? kan telurnya Cuma 3” kata Fauzan

“Mending gak usah bikin kue” kata Naufal

Candra, yang duduk di seberangku, tiba-tiba menunjuk ke arah kami berdua. "Serius deh, Ahzan, Fauzi. Kalian ini janjian kah pakai kupluk bareng?. emang sengaja couple outfit ya?"

Fauzi langsung menyenggolku. "Woiya donggg, aku sama Ahzan sengaja janjian pakai kupluk bareng :v, soalnya buat nutupin kepala kami yang gundul” Dan aku cuma merespon dengan senyuman malu-malu.

Agung tertawa terbahak-bahak. "Oh iya!! Aku baru sadar. Kalian berdua kalau kupluknya dilepas, pasti langsung keluar sinar cahaya. Jadi lumayan buat penerangan kwwkwkwkw!"

Kemudian Fauzan menjawab “bruhhh, ehh Ahzan sama Fauzi. Kamu gak sendirian kok aku juga pakai kupluk kok, sama-sama gundul hehehe”

“wahhh ada barengnya” kataku dan Fauzi secara bersamaan

Akhirnya suasana langsung pecah yang awalnya sepi jadi rame. Ketika suasana sudah kembali tenang, aku tiba-tiba mengambil kotak kartu UNO dari tasku.

"Oke, biar gak bosen kita main Uno, aku bawa Uno lohhhh” tantangku, mengeluarkan tumpukan kartu Uno”

"Eittsssss, ngapain bawa Uno itu. Itu Uno buat pemula, Agung mana kartu Uno yang satunya” kata Naufal

“Ini Candra, kartu Unonya” kata Agung sambil ngeluarin kartu Uno

“Nahhh gini, mending kita main Uno Mercy. Baru kerennnn” kata Candra

“Waduhhhhh” kataku sama Fauzi

Puncaknya datang. Tiba-tiba, teman-teman lain sudah lebih dulu mengeluarkan kartu plus mereka, dan Fauzi, dengan wajah licik, berhasil menutupnya dengan tujuh kartu plus secara beruntun, mengarahkannya padaku. Karena aku tidak punya kartu plus untuk membalas, aku pasrah menerima hukuman minum kartu sebanyak itu.

Aku pasrah dan berteriak, "Ngotak dikit kalo main main sekejam itu dong!" Tumpukan kartu di tanganku sudah setinggi gunung B29 bahkan melebihi harapan orang tua pada anaknya.

Tawa pecah, riuh, dan hangat. Kehangatan api dan tawa kami saat itu benar-benar menjadi pelindung terbaik melawan dingin di malam hari. Kami tahu, momen random dan random seperti inilah yang akan kami ingat dari B29.

Kami butuh waktu lama untuk benar-benar menyelesaikan permainan UNO Mercy paling nggak ngotak malam itu. Kartu di tanganku baru habis setelah tiga puluh menit dan tiga putaran yang sangat membosankan. Ketika tumpukan kartu terakhir berhasil kubuang, Fauzi yang sedari tadi terus tertawa langsung bersandar di bahu Mas Abdul, kelelahan.

Perlahan, keramaian itu mereda. Tawa kami berhenti, digantikan oleh suara angin dingin yang mengalir lembut dari lembah. Kayu bakar di api unggun sudah mulai menipis, menyisakan bara api yang berkedip-kedip.

Suasana mendadak menjadi hening, terasa lelah setelah bermain kartu Uno Mercy. Naufal, yang sejak tadi diam, tiba-tiba mendongak ke atas.

"Waduh... liat ke atas deh" bisiknya pelan. "Liat bintang."

Kami bertujuh segera mendongak. Di sana, di atas kepala kami, terhampar pemandangan yang membuat semua obrolan dan tawa langsung terhenti, langit malam di B29 benar-benar berbeda. Ribuan bintang bertaburan, seolah langit hitam itu retak dan memperlihatkan cahaya putih dan warna warni di baliknya. Aku belum pernah melihat bintang sebanyak ini seumur hidupku. Cahaya bulan redup, membuat galaksi bima sakti (atau disebut juga milky way) terlihat seperti pita kabut putih yang membentang gagah di angkasa. Di bawah kami, lampu-lampu rumah penduduk bahkan pemandangan kota Lumajang terlihat seperti taburan permata di lembah yang gelap gulita.

Kami berdiri di sana, di tengah dingin yang menusuk, tanpa bicara, selama beberapa menit. Semua kerepotan saat memasang tenda, skill issue saat bikin api unggun, ngobrol hal random, bahkan kekalahan Uno Mercy tadi semuanya terbayar lunas kok.

Fauzi, kupluk hijaunya sedikit miring akhirnya bersuara dengan nada yang pelan dan serius. "Ini yang namanya healing sejati, Zan.", Aku cuma senyum disaat merasakan dinginnya B29, tapi hatiku hangat banget.”

Mas Abdul, si veteran pendakian, hanya mengangguk pelan dengan maksud setuju dengan pernyataan Fauzi. "Setiap effort atau usaha yang kalian keluarkan buat sampai di sini, memang worth it cuma demi lihat pemandangan kayak gini."

Saat itu, aku baru sadar. Bukan basecamp di pos ronda yang kami butuhkan, tapi pengalaman ini yang tak terlupakan. Pengalaman melihat kebesaran semesta bersama-sama, dari puncak tertinggi dengan penuh kedamaian. Malam itu terasa dingin, namun hati kami hangat dan penuh.

Malam semakin larut kira-kira udah jam setengah dua belas, dan dinginnya B29 terasa makin ganas. Setelah puas melihat bintang-bintang di langit, kami bertujuh buru-buru masuk ke tenda masing-masing, aku tidur berdua dengam Fauzi di tenda milik Fauzi, Fauzan dan kawan-kawannya tidur bareng di tenda yang besar yang muat hanya 4 orang, sementara Mas Abdul tidur di tenda sendirian. Di dalam tenda, Fauzi langsung menarik sleeping bag hingga menutupi seluruh kepala, menyisakan sedikit ruang untuk bernapas, sementara aku tidur dimatras dengan bantal dari tas ku. Tidur di B29 benar-benar terasa seperti tidur di dalam kulkas, namun dengan hati yang sangat-sangat hangat. Aku bisa mendengar dengkuran halus Fauzi, dan tawa samar teman-teman yang masih mencoba tidur sambil ngejokes pelan. Aku memejamkan mata, membiarkan energiku yang tinggal sedikit di malam ini digantikan oleh janji keindahan di pagi hari.

Nggak terasa aku tidur tidur sebentar, suara temen-temenku dan orang-orang disana terdengar dari luar tenda. Jam menunjukkan pukul 4:30 pagi. Ini dia saatnya yang ditunggu-tunggu dan dicari di  B29. Aku dan Fauzi, tanpa perlu bicara, langsung merangkak keluar dari tenda. Kupluk kuning dan hijau kami terpasang kembali di kepala yang gundul, kemudian aku berkumpul bersaama temen-temenku. Di hadapan kami, keajaiban yang sesungguhnya muncul.

Samudra awan putih tebal terhampar luas, menutupi semua lembah di bawah. Awan-awan itu tampak seperti kapas tebal yang mungkin bisa kami pijak atau mungkin tembus kebawah dan jatuh. Di kejauhan, perlahan langit menjadi biru tua kemudian muncul warna jingga dan sedikit kekuningan menandakan kalo matahari terbit dengan warna oranye keemasan yang menakjubkan, menembus kabut, memancarkan pemandangan Gunung Semeru yang gagah dan Gunung Bromo yang terlihat dari kejauhan.

Kami bertujuh berdiri berjejer di tepi jurang. "Gila, gila, gila," bisik Fauzi, tak mampu berkata-kata lain. Bahkan Mas Abdul, yang veteran, ikut terdiam dengan senyum puas.

Fauzi menunjuk ke cakrawala, matanya menyipit karena silau. "Itu apa ya kok ada bola panas yang muncul di langit? Spill, dong!!!!!"

Aku langsung menjawab dengan nada lelah. "Itu bola panas yang orang-orang sebut matahari, bro.!"

“Udah dingin-dingin begini jangan ngejokes dulu deh kata Naufal

Aku tertawa kecil, menikmati jokes receh di tengah pemandangan yang indah. "Tenang, Fauzi. Dinginnya ini udah auto-lupa kalau lihat yang begini."

“Kalo misal kita ngajak temenmu Rifal gimana?” kata Agung

“Rifal mana mau kesini?, dia aja takut ketinggian gitu” kata Naufal

“waduhhh sayang banget padahal disini bagus lohhh” kata Canda

“hehehehe biasalah Rifal” kata aku sambil nyengir

Setelah beberapa saat menikmati pemandangan, kami sadar ada satu ritual yang wajib untuk dilakukan. Kami segera mencari tempat estetik "Ayo, foto bareng buat buktiin effort dan keseruan kita kawan!!" seru Candra.

Kami berfoto, dengan latar belakang lautan awan yang tak terbatas, dan pemandangan berupa Gunung Semeru dan Bromo. Dalam foto itu, kami terlihat lelah, kupluk kami sedikit miring, tapi senyum kami lebar dengan pose random. Foto itu menangkap semua momen bersama kami dan teman kami, kejadian random tadi malam, dan keindahan pagi hari yang kami saksikan bersama. Kami sadar, petualangan ini bukan hanya tentang pemandangan yang indah di pagi hari ini, tapi tentang seberapa besar effort atau usaha dan jokes yang kami berikan untuk melihatnya.

Setelah itu kami sarapan mi instan hangat, kami berkemas. Aku menoleh ke belakang, menatap lautan awan untuk terakhir kalinya. Kemudian merobohkan tenda dan merapikan tenda untuk dibawa pulang dan memastikan kalau kami tidak meninggalkan sampah-sampah selama kami rekreasi di B29 ini, karena yang menikmati B29 tidak hanya kami saja bahkan orang-orang dari penjuru dunia akan mampir kesini suatu saat nanti entah itu siapa, kapan, darimana dan sama siapa. Aku tidak menyangka ini menjadi liburan yang menyenangkan, memorable (mudah untuk diingat) karena liburan kali ini bareng temen-temen, dan rasa lelah kami dan temen-temen kami, kegagalan api unggun karena skill issue, dan dinginnya di waktu subuh, ternyata benar-benar worth it untuk ditukar dengan pemandangan di atas awan yang indah ini. Kemudian saatnya meninggalkan B29 dan pulang kerumah, aku sama Fauzi dan Mas Abdul pulang duluan sementara Fauzan, Candra, Naufal dan Agung naik ojek kembali untuk ke rest area 1 B29 karena mobil jeep nya ada disana.

2 hari kemudian setelah dari liburan ke B29, setelah aku mencuci dan menjemur semua jaket dan kupluk kuning andalanku, aku pergi ke tukang cetak foto. Aku mencetak foto kami bertujuh berjejer di tepi jurang, dengan latar belakang lautan awan di pagi hari dan gunung semeru.

Notif hpku tak berhenti bergetar.Ternyata temen-temenku seperti Fauzi, Candra, dan Naufal sudah lebih dulu post foto-foto sunrise kami ke media sosial seperti instagram dan tak lupa juga mereka tag atau mention aku di postingan itu. Obrolan di grup chat kami langsung ramai banget. Mereka berlomba-lomba mencari caption yang paling deep walaupun kenyataannya tidak seperti itu, aku juga ikutan post di story dan repost story yang ngetag aku. Fauzi mengirim meme dirinya sendiri saat kepalanya kena tiang tenda, dan Candra mengunggah foto api unggun yang gagal dengan caption: "Skill issue, tapi view worth it." Aku hanya ikut tertawa sambil membalas story mereka. Semua orang seolah ingin memastikan bahwa petualangan low-budget kami di B29 ini benar-benar ada dan indah untuk dikenang dikenang sampai kapanpun.

Kembali ke kamar, aku menempelkan foto itu di buku harian pada tanggal dimana aku dan temenku ke B29. Di bawah foto itu, aku menuliskan rangkuman perjalanan kami seperti effort membuat api unggun, masak pakai kompor portable, ngobrol hal random, main Uno Mercy sampai momen terdiam menatap bintang dan sunrise. Kemudian terakhir aku menghias buku harian itu dengan menempelkan stiker seperti stiker Minecraft dengan gambar Creeper, TNT, diamond block dan stiker gambar karakter Undertale dan Deltarune seperti karakter Sans, Frisk, Ralsei, Kris, Undyne, dan stiker karakter skin youtuber AhZanMC masih banyak lagi.

Aku tersenyum. Liburan ini memang memorable atau mudah diingat, karena bukan hanya tentang ke mana kami pergi, tapi dengan siapa kami melewatinya. Petualangan di B29 sudah selesai, dan kenangan itu kini abadi sampai kapanpun, bukan cuma di galeri hp saja, tapi juga di buku harianku. Aku tahu, petualangan ke B29 itu bukan hanya tentang puncak gunung yang indah, tapi tentang kebersamaan yang membawa kami melihat dunia dari perspektif baru. Dan untuk petualangan berikutnya? Kami hanya perlu menunggu liburan sekolah selanjutnya datang kembali.

Sorenya, setelah urusan dunia maya dan buku harian selesai, aku masuk ke rumah. Ibu sedang menonton TV. Aku menunjukkan semua foto di B29, dari tenda miring hingga sunrise epik.

"Gimana, Zan? Dinginnya kerasa banget, yakan? Senang Ibu mendengarnya," kata Ibu sambil tersenyum.

"Dingin, Buk. Tapi aku seneng banget disana ketemu temen-temen," jawabku.

 

Tak terasa cerita kami liburan ke B29 berakhir sampai sini, dua jam setelah aku bilang ke Ibu kalau liburanku di B29 udah berakhir, HPku tiba-tiba rame lagi. Grup WA sirkelku kembali hidup. Fauzi nanya, katanya pengen healing lagi. Aku langsung bales, “Healing apanya, dompet aja belum ada.” plus emote ketawa

Candra ikut nyaut, bilang kalau nanti harus bawa tenda anti-angin. Fauzi ngakak dan nambahin, katanya sekalian aja bawa orang yang beneran bisa bikin api unggun biar nggak skill issue seperti kemarin. Aku cuma balas, “Setuju, tapi jangan lupa UNO Mercy-nya sekalian,” dan Candra langsung ngetik, “UNO Mercy di atas awan part dua confirmed!”

“Ternyata temen-temen kita merespon story ig kita, bahkan beberapa ada yang rekreasi di bromo lohhh” kata Naufal

“Lahhh beneran?” kata Candra

“Iyaaaaa” kata Naufal

“Yaudah suruh ajak ke B29 bareng kita biar ngerasain dinginnya disana wkkwkwkwk, sekalian ajak temenmu Rifal” kata Agung

Grup langsung meledak. Emoji api, ketawa, dan stiker absurd bertebaran kayak meteor jatuh di layar chat. Aku cuma bisa senyum sambil taruh HP di meja. Malam itu aku buka buku harian lagi, nulis satu kalimat kecil di bawah foto kami di puncak B29:

“Setinggi apapun gunung tersebut, tapi yang paling bikin hangat karena momen bersama teman-teman”


About the Author

Hai, aku AhZanMC, dan aku adalah seorang content creator yang sangat antusias dalam berbagi segala hal tentang Minecraft

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.